Monday, August 31, 2009

Komunitas Daur Ulang...(Republika online)


Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 22:17:00

Komunitas Daur Ulang Menekan Sampah Meraup Rupiah

Barang-barang dari bahan daur ulang rata-rata sangat unik dan artistik. Puluhan boneka bebek dan binatang lainnya berderet rapi seperti mau latihan berbaris. Warnanya beraneka. Ada kuning, hijau, dan merah. Ada pula yang warna-warni. Maklum saja, boneka-boneka tersebut dibuat dari kain perca sisa industri konfeksi.Boneka-boneka itu sangat cantik, dengan perpaduan warna yang pas dan jahitan yang rapi. ''Saya menamakan ini kerajinan kain tilas yang berarti kain bekas,'' ujar Pingkan Shinta (29 tahun).Pingkan dan temannya, Syalita Fawlina, awalnya tak pernah berpikir untuk membuat boneka dari kain perca. Namun, mereka sering melihat industri konveksi di dekat rumahnya selalu membuang sampah kain begitu saja. Padahal, penyerapan sampah kain membutuhkan waktu yang lama.Dengan sedikit kemampuan menjahit yang dimilikinya dan tekadnya untuk mencintai lingkungan, merekapun memberdayakan sisa kain tersebut. ''Sekali minta ke konveksi, kami diberi satu karung kain bekas,'' katanya lagi.Selain dibuat boneka, kain itu dibuat dompet yang diberi hiasan kaset bekas di bagian depannya. Dari pada menjadi sampah begitu saja, kaset bekas itu ia gunakan untuk mempercantik buah tangannya.Pingkan merupakan salah satu peserta Crafty Days beberapa waktu lalu di Tobucil, Bandung. Ada 20 komunitas pecinta lingkungan yang ikut andil dalam acara tersebut, antara lain Omuniuum n' Friends, Greenlifestyle, Boneka Liliput, Ibu-ibu Cinere, Bengkel Kreasi 19, Syalita Fawnia, Lilt Spring & Ami The Vintagist, dan Anything Sunday.Ada juga komunitas Roepa Roepi, Orat Oret, Cathy Homeless, Yunis Kartika, Daluang Paper Craft, Dapur R-10, Senikir, Luky, ITB Desain Produk 2003, STISI, Himastra UPI, Studio 229, Terapi Pagi, Kertas Daur Ulang, Tobucil Handmade, Klab Rajut, Klab Melipat Kertas, Klab Jahit, Klab Klasik, dan Klab Nulis.Fokus kegiatanMenurut pemilik Tobucil, Tarlen Handayani, kegiatan komunitas ini difokuskan pada daur ulang. Karena, dengan daur ulang, sampah anorganik bisa dikurangi.Sampah jenis ini membutuhkan waktu lama untuk hancur. Sampah kertas membutuhkan waktu 2-5 bulan untuk hancur. Puntung rokok membutuhkan 1-12 tahun. Kaleng minuman 200-500 tahun. Tas keresek, sedotan plastik, dan botol plastik mineral, membutuhkan waktu lebih dari 1.000 tahun untuk hancur. Sedangkan sisa kain tergantung bahan dasarnya.Untuk alasan itulah, kata Tarlen,  crafty days bertema daur ulang diadakan. ''Tobucil sudah lama melakukan daur ulang. Antara lain memanfaatkan sampah kertas menjadi kantong kertas untuk belanja,'' katanya.Salah satu komunitas,  Green Lifestyle (GL), terbentuk dari sebuah kesadaran akan kurangnya informasi ramah lingkungan yang praktis dan mudah, serta relevan bagi penduduk kota besar di Indonesia. Populasi kaum urban yang tinggi, gaya hidup makin boros, komsumsi berlebihan, akan sangat berdampak...

(http://www.republika.co.id/koran/57/40504/Komunitas_Daur_Ulang_Menekan_Sampah_Meraup_Rupiah#)


No comments:

Post a Comment